indohoki88.com - Tak percuma Jose Mourinho menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan “The Special One”. Pada kenyataannya ia memang spesial, diakui atau tidak, tengok saja raihan trofinya sebagai ukuran. Bukan hanya gelar liga saja tetapi pria Portugal itu juga merupakan spesialis laga final “cup competition”.
Dan laga final Capital One Cup saat Chelsea menghadapi Tottenham Hotspurdi Wembley, Minggu (1/3), akan menjadi final keduabelas sepanjang karier Mourinho. Dan sangat layak jika The Blues diunggulkan untuk memenangi trofi Piala Liga Inggris tersebut. Rekor eks arsitek Real Madrid itu sangat menterang di final-final yang telah lalu. Dari total 11 final sebelumnya, tercatat Mourinho sukses meraup sembilan gelar juara.
Rekor yang menempatkannya dalam daftar jajaran teratas manajer elit di Eropa. Lebih komplet karena ia melakukannya di empat liga dan negara yang berbeda: Portugal, Inggris, Italia dan Spanyol.
Hanya kalah dalam dua, dari total 11 final, jelas sebuah catatan yang mengundang datangnya decakan tanda kekaguman. Namun ada hal lain yang menarik dari final-final yang telah dilakoni “The Special One” dan tentunya memberi andil pada munculnya rekor impresif Mourinho.
Nyaris setengah dari final-final Mou harus dijalani hingga babak tambahan, termasuk trofi pertama yang diraihnya di ajang UEFA Cup bersama Porto kala menghadapi Celtic.
Ini menjadi gambaran jika Mourinho adalah bos yang tak suka kalah bagaimanapun caranya. Sekaligus juga menjadi penjelasan jika tim-tim besutan Mourinho selalu disiapkan dengan daya tahan dan stamina yang bagus untuk laga-laga melebihi waktu normal.
Sekaligus juga membeberkan filosofi permainan yang diterapkan oleh tim yang diarsiteki Mourinho. Pragmatis dan mementingkan hasil akhir menjadi cap yang susah luntur dari tim besutannya. Namun, bukan hanya di zaman sepak bola modern, sejak dulu permainan 11 lawan 11 memang mencari pemenang di akhir laga. Hanya cara pendekatannya saja yang berbeda, berubah atau beradaptasi.
Dan Mourinho bisa dibilang memang seorang profesional sejati, ia diberi pekerjaan untuk memenangi laga, memenangi kompetisi, memenangi piala, dan itu lah yang dilakukannya. Ia adalah tipe manajer yang tak memedulikan pendapat dan komentar miring akan taktik yang diterapkan dan tim besutannya yang “tak mau” memainkan sepak bola indah.
Filosofi sepak bola Mourinho sebenarnya dekat dengan falsafah yang dipegang Diego Simeone, Cholismo. Taktik yang diterapkan berubah-ubah beradaptasi dengan lawan yang dihadapi. Baik Mourinho maupun Simeone sangat mementingkan tim, tak ada individu yang diistimewakan.
Kedua manajer ini tak membangun tim yang berpusat pada satu dua orang bintang saja. Tak mengherankan jika musim lalu Mourinho sempat “bersitegang” dengan Eden Hazard yang dianggapnya tak mau mengalah untuk kepentingan tim. Ia juga tak segan mencadangkan Marco Materazzi, pemain yang dipuja fans, saat menangani Inter Milan.
Meski begitu, Mourinho sebenarnya sangat paham betul kelebihan dari penguasaan bola dalam pertandingan sepak bola. Bukan hanya karena melalui penguasaan bola tim memiliki kesempatan mencetak gol sehingga kemungkinan menang menjadi lebih tinggi. Tetapi possession juga bisa jauh menghemat tenaga.
Meski begitu, Mourinho sebenarnya sangat paham betul kelebihan dari penguasaan bola dalam pertandingan sepak bola. Bukan hanya karena melalui penguasaan bola tim memiliki kesempatan mencetak gol sehingga kemungkinan menang menjadi lebih tinggi. Tetapi possession juga bisa jauh menghemat tenaga.
Mourinho pula yang mengenalkan istilah “resting with the ball”, yang secara sederhana bisa diartikan sebagai “beristirahat saat menguasai bola”. Bukan hanya secara fisik tapi juga mental. Sebaliknya tim yang tak menguasai bola akan tertekan dan mengeluarkan banyak tenaga dan stamina untuk mengejar dan berusaha merebut bola.
Tapi sekali lagi, filosofi sepak bola Mourinho tak mengedepankan possession atau bahkan ia tak peduli dengan filosofi. Ia tak akan memaksakan unggul penguasaan, Mou bahkan tak segan untuk menerapkan taktik membiarkan lawan lebih banyak menguasai bola, paling penting para pemainnya tak kehilangan fokus sekejap pun dari permainan. Untuk itu sangat diperlukan pemain dengan fisik dan mental yang prima. Itu pula yang menjadi kunci suksesnya menjalani final.
Tapi sekali lagi, filosofi sepak bola Mourinho tak mengedepankan possession atau bahkan ia tak peduli dengan filosofi. Ia tak akan memaksakan unggul penguasaan, Mou bahkan tak segan untuk menerapkan taktik membiarkan lawan lebih banyak menguasai bola, paling penting para pemainnya tak kehilangan fokus sekejap pun dari permainan. Untuk itu sangat diperlukan pemain dengan fisik dan mental yang prima. Itu pula yang menjadi kunci suksesnya menjalani final.
Akankah rekor impresif Mourinho akan berlanjut di Final ke-12 sepanjang kariernya atau sedikit tercoreng?
No comments:
Post a Comment